TARI GELANG ROOM

TARI GARUDA NUSANTARA

TARI WIRA PERTIWI

Rabu, 12 Oktober 2016





     SEJARAH TARI
Tari tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia. Beberapa tradisi seni tari seperti; tarian Bali, tarian Jawa, tarian Sunda, tarian Minangkabau, tarian Palembang, tarian Melayu, tarian Aceh, dan masih banyak lagi adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun demikian tari ini tetap dikembangkan hingga kini. Beberapa tari mungkin telah berusia ratusan tahun, sementara beberapa tari berlanggam tradisional mungkin baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu.

 Penciptaan tari dengan koreografi baru, tetapi masih di dalam kerangka disiplin tradisi tari tertentu masih dimungkinkan. Sebagai hasilnya, munculah beberapa tari kreasi baru. Tari kreasi baru ini dapat merupakan penggalian kembali akar-akar budaya yang telah sirna, penafsiran baru, inspirasi atau eksplorasi seni baru atas seni tari tradisional. Salah satu contoh tari kreasi adalah Tari Garuda ,asal mula tarian ini yaitu  sebagai perwujudan sikap nasionalisme dalam melestarikan budaya bangsa. Maka dari itu dibentuklah tarian garuda yang diambil dari lambang bangsa Indonesia yaitu burung garuda.

IDENTITAS TARI
Judul tari : Tari garuda Nusantara (Sliwedari)

Asal daerah tari : Pulau Jawa

Durasi : 5-6 menit

Koreografer :

Sampai saat ini, koreografer tarian ini masih belum dapat diketahui. Hal ini, dikarenakan tari garuda nusantara (Sliwedari) termasuk tarian kreasi yang perkembanganya dari zaman ke zaman mengalami perubahan dan perkembangan oleh beberapa koreografer di Indonesia.

 Tema : Bertema pantomim

     UNSUR-UNSUR PENDUKUNG TARI
KOREOGRAFI        
          Penari mengekspresikan gerakan burung garuda yang sedang terbang dan memamerkan sayap indahnya, dengan gerak tampak keras, tegas, gagah,  lincah, dan sedikit erotis. Gerakan gerakan dalam tarian garuda ini dapat berubah - ubah sesuai dengan karakter dan kreatifitas para koreografer.

TATA BUSANA
Karena tari Garuda adalah tarian kreasi,sehingga busana yang digunakan dalam suatu pertunjukan tidak sama persis (tidak selalu sama). Namun pada umumnya tata busana terkesan modern yang merupakan kombinasi bebas bervariasi.

Busana yang dikenakan penari dalam pagelaran tari Garuda adalah layaknya burung garuda yang biasanya berlapis emas, merah, perak, dan hitam

Contoh busana tarian garuda nusantara :

a) Sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut

b) Setagen yang diikat di pinggang

c) Kaos dengan lengan berukuran ¼

d) Mekak hitam untuk menutup bagian dada,

e) Memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut
TATA RIAS
Ciri-ciri tata rias tari kreasi mengeksplorasikan paduan-paduan warna kontras millennium. Pada tari garuda, dipakaikan alis tebal yang menyerupai burung garuda yang tegas, make up dipakai sedikit tebal, sedangkan lipstick warna merah dipakai sehingga terlihat kontras antara make up denga warna lipstick.
PROPERTI dan AKSESORIS
Properti dan aksesoris yang digunakan oleh penari, pada umumnya :

a.       Mahkota garuda

Digunakan sebagai aksesoris penari dalam pementasan tarian garuda. Mahkota garuda dipasangkan di atas kepala seorang penari dengan bentuk layaknya terlihat burung garuda sebagai simbol tarian ini.

b.      Sayap

Biasanya koreografer memakai sayap dalam tarian ini dengan menggunakan sampur. Hal ini, diharapkan sampur dapat melambangkan sayap burung garuda yang gagah.

c.       Gelang

Gelang digunakan para penari di kedua pergelangan tangan.gelang tersebut mendukung tata busana pada tarian garuda dan  sebagai nilai estetika.

d.      Gongseng 

Gongseng adalah gelang kaki berupa kumpulan lonceng. gongseng dipakai di kaki sebelah kanan. gongseng dipakai dalam tarian garuda agar tarian ini terkesan tegas dan gagah.

PEMENTASAN
Tarian Garuda biasanya dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan gerakan gerakan dan pola lantai yang asimetris, yaitu lintasan yang bervariasi lebih bebas berekspresi . Tarian ini dipentaskan dengan didukung oleh iringan musik seperti gamelan, bonang, gong, rebab dan lain sebagainya.

Kharakteristik tarian ini yaitu gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, gerakan tangan yang rancak dengan adanya properti sayap membuat tarian ini menjadi sangat indah , hentakan kepala dan tatapan mata yang tajam layaknya burung garuda serta ekspresi wajah juga merupakan kharakteristik dari tarian ini.
IRINGAN MUSIK
Musik yang mengiringi Tari Garuda ini adalaH gamelan, terdiri atas :

1.  Bonang barung dan bonang penerus -> Bonang barung memainkan pembuka gendhing  (menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing.

2.  Saron  -> adalah salah satu instrument gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.

3. Gambang -> Adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 18 bilah bambu diinginkan dengan cara dipukul.

4. Gender-> alat musik yang menjadi bagian dari orkestra gamelan.

5.  Slentem siter     

6.  Seruling -> Adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

7.  Kethuk

8.  Kenong

9.  Gong
KONSEP TARI
TEMA
Tarian ini bertema pantomim / bertema kehidupan. Tema ini memiliki arti  bahwa tarian ini menceritakan tentang kehidupan binatang. Dalam tarian ini, gerakan binatang difokuskan pada burung garuda. Menggambarkan tentang bagaimana kehidupan burung garuda dengan gerakan gerakan layaknya burung garuda seperti terbang, mengibaskan sayap, dan lain sebagainya.
SINOPSIS
Tarian ini menggambarkan tentang burung garuda yang memamerkan keindahan, kegagahan dan kelincahanya. Hal tersebut ditunjukan dengan tarian burung garuda, yaitu dengan gerakan berjalan, mengibaskan sayap, teknik bertarung, terbang dan lain sebagainya. Burung garuda sering dianggap sebagai makhluk setengah dewa yang memiliki kharakter keberanian, kekuatan, kesetiaan, disiplin serta berjiwa bebas.

Gerakan tarian ini juga sebagai perwujudan , bahwa burung garuda adalah raja dari semua burung, serta menunjukan bahwa betapa layaknya burung garuda menjadi burung pelambang bangsa Idonesia.
NASKAH TARI
Koreografer mengambil cerita bahwa burung garuda yang ia tarikan adalah burung pelambang bangsa, yang merupakan mitologi bangsa hindu-budha yang menyebutkan bahwa burung garuda adalah hewan setengah burung setengah manusia sehingga burung garuda dikatakan sebagai raja dari burung burung.

koreografer menggambarkan tentang burung garuda yang sedang memamerkan keindahan, kegagahan dan ketegasan. Koreografer menarikan gerakan burung garuda yang gagah sedang mengibaskan sayap, terbang, melompat dengan tatapan tajam dan gerakan yang terkesan lincah. Pada pertengahan tarian dilanjutkan dengan gerakan musik nasionalisme yang menunjukan bahwa burung garuda adalah burung pelambang bangsa.
KLASIFIKASI TARI  
Pembagaian tari berdasarkan :

1.      tema                                      : Pantomim

2.      jumlah penarinya                    : Tari berkelompok

3.      bentuk penyajian                    : Representasional

4.      makna                                   : Simbolik

5.      iringan musik                         : Tidak langsung

6.      pola lantai                              : Asimetris

7.      perkembangan zaman             : Modern
FUNGSI dan PERAN TARI
Tari Garuda merupakan tari sebagai hiburan, diamana tarian ini dipentaskan guna menghibur para penonton, penikmat seni, dan pengapresiasi seni. Tari ini menitiberatkan dari segi kegiatan, khususnya kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat yang bertujuan untuk mensosialisasikan budaya bangsa. Selain itu, tari ini juga menitiberatkan pada kostum yang terlihat menarik dan terkesan glamour dengan iringan musik yang tidak pelan (terkesan lincah dan sedikit energik).

 JENIS TARI
Jenis tari Garuda adalah tari Kreasi / eksperimental

Dari koreografinya, gerakanya adalah idealisme koreagrafer dengan menyesuaikan perkembangan zaman, tata busana terkesan modern, kembali bebas bervariasi dengan difungsikan sebagai sarana pertunjukan artistik
PERKEMBANGAN TARI BERDASARKAN ZAMAN
Tari garuda merupakan tarian yang dapat digolongkan ke dalam tari modern. Tari garuda tumbuh dan berkembang dalam kelompok kelompok tertentu dengan berbagai variasi dan tambahan dalam bidang properti dan aksesoris hingga busana pada pertunjukanya. Tari ini dikembangkan sesuai perkembangan zaman dengan diberi nafas Indonesia
KEUNIKAN
Tarian ini  memiliki memiliki khas gerakan yang tegas, berwibawa
dengan pandangan mata yang tajam, gerak tangannya patah-patah, langkah
kakinya menapak kuat. Namun, adakalanya nampak lincah, tangkas, dan ada
sedikit gerak erotis. Tarianya lebih terkesan merakyat dan ramai dengan ragam gerak yang bervariasi. Ciri khas penari adalah adanya gelang kaki selain sebagai aksesoris
pemanis, gelang ini juga berfungsi sebagai penegasan gerak dan penanda
hitungan. Selain itu kostum memiliki arti simbolik yang biasanya diiringi dengan alat music gamelan.
EKSISTENSI TARI
Tari Garuda merupakan tari kreasi yang telah berkembang dari satu kelompok ke kelompok lain. Tari yang terkesan lincah, keras dan sedikit erotis ini banyak dijadikan pertunjukan hiburan di masyarakat.

Tari garuda juga telah mendunia dengan diikutinya beberapa perwakilan Indonesia pada undangan pertunjukan budaya negara Nepal yang menggunakan tarian ini sebagai salah satu seni tari Indonesia.
Sumber:http://widyaarindhi.blogspot.co.id

Rabu, 05 Oktober 2016

Latar belakang

Banyak segi dalam kehidupan manusia yang memantulkan unsur-unsur kebudayaan, dari ide serta perilaku manusia yang sangat sederhana hingga yang kompleks. Tidak terlalu berlebihan kiranya dikatakan, bahwa kebudayaan meresapi perilaku warga masyarakat yang menjadi pendukungnya. Dalam hubungan ini, kebudayaan dapat dianggap sebagai perekat kehidupan bersama, bukan karena persamaan kepentingan sesaat belaka, melainkan karena persamaan nilai-nilai sebagai acuan perilaku dalam kehidupan bersama itu.
Kebudayaan Kota Surabaya adalah penjelmaan kebersamaan warga Surabaya yang menghuni wilayah Kota Surabaya. Namun tidak bisa diingkari, bahwa kenyataannya pluralisme budaya mewarnai kebersamaan warga Surabaya. Keragaman merupakan kenyataan hidup yang tidak mungkin diabaikan, bahkan perlu dihormati sebagai ramuan dasar untuk membangun kemanunggalan sikap dan perilaku warga Surabaya pada umumnya. Inilah yang menjadi jati diri (identitas) Kota Surabaya sebagaimana dikukuhkan oleh kebudayaan yang khas. Dengan kata lain, kebudayaan Kota Surabaya, tanpa menepis makna keragaman budaya yang hidup dikota Surabaya.
Kebhinekaan budaya yang dimiliki Kota Surabaya, salah satunya adalah keberadaan warga kota yang berasal dari suku Madura. Orang-orang Madura di Surabaya memiliki peranan penting dalam sejarah kota ini. Sebut saja dalam Prasasti Kedadu, Raden Wijaya, raja Majapahit menyebutkan pasukan Madura yang bersenjatakan arek ( Clurit yaitu senjata khas Madura ) di ujung Galuh dengan Sura yang berarti berani menghadapi dan Baya adalah bahaya atau rintangan pasukan Tar-tar dari Tiongkok yang bersenjatakan lebih canggih.
Peristiwa tersebut menjadi momentum bagi lahirnya kota Surabaya yang sekarang menuju metropolitan ini dan telah menjadikan ikon peristiwa itu, sebagai modal sosial yang membanggakan kota ini. sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan keberadaan budaya Madura di Surabaya, pada kesempatan ini Gito Maron art performa yang selama ini konsen dibidang pengembangan budaya Surabaya merasa bangga dan tersanjung mewakili Kota Surabaya dan Jawa Timur dengan sebuah karya berjudul Geleng Ro’om yang telah menyandang predikat Juara umum pada Festival Parade Tari Nusantara 2006 Tk Nasional .
antara lain :
 Penyaji Terbaik
Koreografer Terbaik
Penata Busana&Rias terbaik
5 unggulan Musik Terbaik

Sebuah tarian yang mengangkat budaya Madura, dimana gadis yang beranjak remaja diwajibkan memakai gelang kaki atau biasa disebut Binggel atau Geleng. Simbol ini bukan semata-mata aksesoris semata tentang tingkat sosial keluarga gadis itu, namun sebuah visualisasi keterikatan dan kepatuhan terhadap norma, adat Madura.

Konsep garap
Geleng Ro’om disusun dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, seperti giat kerja kerasnya, kedinamisannya bertingkah dalam kehidupan seperti sebagai petani, penjual sayur bahkan nelayan. Terlebih-lebih posisi perempuan dalam upacara-upacara tradisi masyarakat Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya. Sedangkan penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.
Geleng Ro’om ditampilkan dengan aroma pulau Madura. Sehingga mulai ragam gerak yang dipilih dan disusun, Musik maupun tata busananya lebih didekatkan dengan kebiasaan perempuan Madura yang berdandan cantik ala tradisi. Artinya kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.
Sinopsis
Geleng Ro’om adalah sebuah judul karya tari baru yang berlatar belakang budaya masyarakat Madura dan menceritakan tentang tingkah laku gadis usia belia yang beranjak dewasa, dengan segala kecantikannya, kedinamisannya, unik, molek dengan berpenampilan modis etnis gelang-gelang, bersolek ala cupang merah dileher dan didahi selalu menghias dirinya sebagai wujud kegairahan hidup dan bekerja keras seorang perempuan Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan.
Dengan segala kecantikanya berhias modis etnis gelang-gelang, bersolek ala cupang merah di dahi dan leher merupakan wujut kegairahan hidup. Dengan gelang-gelang di kaki dan tangan melangkah pasti bagai air mengalir di sungai. Segala hambatan akan terkikis dan hanyut. Gemerincing bunyi gelang semakin memacu langkah mengikuti kedinamisan irama kehidupan zaman yang semakin pesat.

Bentuk Penyajian
Geleng Ro’om merupakan tari baru yang dalam penyajiannya disajikan secara kelompok (lebih dari dua penari) dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, kerja keras, dinamis, cantik dan unik. dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya. Sedangkan penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.

a. Tata Busana
Tata busana pada tari Geleng Ro’om lebih didekatkan dengan kebiasaan perempuan Madura yang berdandan cantik ala tradisi. Artinya kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias dengan cubitan atau garis-garis ala cupang merah di dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung. Bentuk dan pola riasan seperti itu adalah sebagai wujud kegairahan hidup dan bekerja keras seorang perempuan Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan.
Desain dan tata busana tari geleng ro’om terdiri dari:
- Kebaya : Terbuat dari bahan kain borklat bunga-bunga merah dengan potongan kebaya ber kutu baru atau potongan kain segi empat bagian dada sebagai penutup antara tepi kebaya bagian kanan dan kiri.
- Entrok atau Kutang : Merupakan busana dalam kebaya yang senada dengan warna kebaya. Kalaupun warna entrok dibikin kontras dengan kebaya itupun tidak menjadi masalah karena kebiasaan kesukaan perempuan Madura adalah warna mencolok dan kontras
- Kain panjang ( Bawahan) : Berbentuk kain sarung dengan motif kain batik bunga merah dengan potongan/ desain ¾ atau panjang di tengah-tengah betis di bawah lutut dengan wiron bagian tengah, diharapkan agar gerak yang bervolume besar pada bagian kaki terkesan leluasa dan tidak terganggu.
- Kain Sarung : Sarung di pakai pada bagian luar kain panjang, berwarna hitam dengan garis pinggir merah pada tepi atas dan bawah.
- Celana : Motif garis-garis merah putih.
Karena gerak tari Geleng Ro’om yang berpola volume besar pada gerak kaki, dan pada angkatan-angkatan kaki yang berpola menunjukan gelang pada kaki, sengaja memakai/mengenakan celana ¾ lebih panjang 2cm dari kain batik yang dikenakan.
- Gelung angka 8 : Merupakan tata rambut yang tidak ada kesan tata rambut ber sasak atau contok. Sisiran plontos menunurut garis kepala dan disisir kebelakang dengan sanggul angka 8 dibelakang dengan hiasan sanggul dililit pita merah.
- Rinjing/kranjang : Merupakan asesoris, properties dan busana bagian atas kepala dengan hiasan kain merah dan hitam pada tepi rinjing.
- Perhiasan :
 Giwang
Bunga merah dan putih pada sanggul
Binggel pada dua kaki
Gelang kroncong pada tangan kanan dan kiri.

b. Tata Rias.
Tata rias pada tari Geleng Ro’om merupakan gaya Kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias dengan cubitan atau garis-garis ala cupang merah di dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.
Rias muka mengunakan rias cantik dan kaki mengenakan garis-garis merah yang biasa disebut pacar dikenakan melingkar pada bagian tumit.
Warna riasan pada mata mengunakan eye shadow warna hitam dan merah dengan eye liner sebagai aksen tegas pada garis mata dengan memakai bulu mata palsu sebagai pemanis dan sebagai alat bantu ekspresi mata yang sangat dominan dan mempertegas mimik wajah pada tari Geleng Ro’om ini.

c. Gerak tari
Geleng Ro’om disusun dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, seperti giat kerja kerasnya, kedinamisannya bertingkah dalam kehidupan seperti sebagai petani, penjual sayur bahkan nelayan. Terlebih-lebih posisi perempuan dalam upacara-upacara tradisi masyarakat Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya.
Dengan mencari kemungkinan-kemungkinan pola gerak baru maka dalam proses garap selalu menggunakan metode eksplorasi gerak serta improvisasi
dilakukan untuk memperoleh gerak-gerak baru yang segar, spontan dan penataan ini dimulai dari eksplorasi atau penjelajahan gerak, yakni pencarian secara sadar kemungkinan-kemungkinan gerak baru dengan pengembangan dari ragam gerak baku gaya madura serta mengolah elemen dasar gerak, waktu, ruang dan tenaga. Penataan gerak memperhatikan unsur ruang dan waktu, etika dan estetika yang didukung oleh irama.

d. Musik Iringan Tari
Penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.

e. Durasi (lama penyajian)
Durasi pada tari Geleng Ro’om ini 5 menit (lima menit) namun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi lebih atau kurang.
Garap tari yang sengaja digarap berdurasi 5 menit ini karena merupakan sebuah tutntutan awal, yang mana bahwa pada proses penggarapan berawal dari tuntutan kreteri festival pada Parade tari daerah tk Nasional.
Geleng ro’om sebagai wakil DaerahJawa Timur.


Prestasi
Prestasi Geleng Ro’om :

- Tari terbaik Jawa Timur 2006 pada Festival Koreografer Jatim 2006.
- Juara Umum pada Festival Parade tari Daerah tk Nasional 2006
Dengan penghargaan :
Penata tari Terbaik 2006
Penata Busana dan rias Terbaik 2006
Penyji Tari Terbaik 2006
5 Unggulan musik Terbaik 2006.
Diberdayakan oleh Blogger.