Banyak segi dalam kehidupan
manusia yang memantulkan unsur-unsur kebudayaan, dari ide serta perilaku
manusia yang sangat sederhana hingga yang kompleks. Tidak terlalu
berlebihan kiranya dikatakan, bahwa kebudayaan meresapi perilaku warga
masyarakat yang menjadi pendukungnya. Dalam hubungan ini, kebudayaan
dapat dianggap sebagai perekat kehidupan bersama, bukan karena persamaan
kepentingan sesaat belaka, melainkan karena persamaan nilai-nilai
sebagai acuan perilaku dalam kehidupan bersama itu.
Kebudayaan
Kota Surabaya adalah penjelmaan kebersamaan warga Surabaya yang
menghuni wilayah Kota Surabaya. Namun tidak bisa diingkari, bahwa
kenyataannya pluralisme budaya mewarnai kebersamaan warga Surabaya.
Keragaman merupakan kenyataan hidup yang tidak mungkin diabaikan, bahkan
perlu dihormati sebagai ramuan dasar untuk membangun kemanunggalan
sikap dan perilaku warga Surabaya pada umumnya. Inilah yang menjadi jati
diri (identitas) Kota Surabaya sebagaimana dikukuhkan oleh kebudayaan
yang khas. Dengan kata lain, kebudayaan Kota Surabaya, tanpa menepis
makna keragaman budaya yang hidup dikota Surabaya.
Kebhinekaan
budaya yang dimiliki Kota Surabaya, salah satunya adalah keberadaan
warga kota yang berasal dari suku Madura. Orang-orang Madura di Surabaya
memiliki peranan penting dalam sejarah kota ini. Sebut saja dalam
Prasasti Kedadu, Raden Wijaya, raja Majapahit menyebutkan pasukan Madura
yang bersenjatakan arek ( Clurit yaitu senjata khas Madura ) di ujung
Galuh dengan Sura yang berarti berani menghadapi dan Baya adalah bahaya
atau rintangan pasukan Tar-tar dari Tiongkok yang bersenjatakan lebih
canggih.
Peristiwa tersebut
menjadi momentum bagi lahirnya kota Surabaya yang sekarang menuju
metropolitan ini dan telah menjadikan ikon peristiwa itu, sebagai modal
sosial yang membanggakan kota ini. sebagai upaya melestarikan dan
mengembangkan keberadaan budaya Madura di Surabaya, pada kesempatan ini
Gito Maron art performa yang selama ini konsen dibidang pengembangan
budaya Surabaya merasa bangga dan tersanjung mewakili Kota Surabaya dan
Jawa Timur dengan sebuah karya berjudul Geleng Ro’om yang telah
menyandang predikat Juara umum pada Festival Parade Tari Nusantara 2006
Tk Nasional .
antara lain :
Penyaji Terbaik
Koreografer Terbaik
Koreografer Terbaik
Penata Busana&Rias terbaik
5 unggulan Musik Terbaik
Sebuah tarian yang mengangkat
budaya Madura, dimana gadis yang beranjak remaja diwajibkan memakai
gelang kaki atau biasa disebut Binggel atau Geleng. Simbol ini bukan
semata-mata aksesoris semata tentang tingkat sosial keluarga gadis itu,
namun sebuah visualisasi keterikatan dan kepatuhan terhadap norma, adat
Madura.
Konsep garap
Geleng Ro’om disusun dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, seperti giat kerja kerasnya, kedinamisannya bertingkah dalam kehidupan seperti sebagai petani, penjual sayur bahkan nelayan. Terlebih-lebih posisi perempuan dalam upacara-upacara tradisi masyarakat Madura, dimana perempuan sebagai penopang kehidupan keluarganya. Sedangkan penyusunan musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.
Geleng
Ro’om ditampilkan dengan aroma pulau Madura. Sehingga mulai ragam gerak
yang dipilih dan disusun, Musik maupun tata busananya lebih didekatkan
dengan kebiasaan perempuan Madura yang berdandan cantik ala tradisi.
Artinya kebiasaan mereka yang terbuka, dengan rias yang khas memberikan
pesona tersendiri bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di
atas panggung.
Sinopsis
Geleng
Ro’om adalah sebuah judul karya tari baru yang berlatar belakang budaya
masyarakat Madura dan menceritakan tentang tingkah laku gadis usia
belia yang beranjak dewasa, dengan segala kecantikannya, kedinamisannya,
unik, molek dengan berpenampilan modis etnis gelang-gelang, bersolek
ala cupang merah dileher dan didahi selalu menghias dirinya sebagai
wujud kegairahan hidup dan bekerja keras seorang perempuan Madura,
dimana perempuan sebagai penopang kehidupan.
Dengan
segala kecantikanya berhias modis etnis gelang-gelang, bersolek ala
cupang merah di dahi dan leher merupakan wujut kegairahan hidup. Dengan
gelang-gelang di kaki dan tangan melangkah pasti bagai air mengalir di
sungai. Segala hambatan akan terkikis dan hanyut. Gemerincing bunyi
gelang semakin memacu langkah mengikuti kedinamisan irama kehidupan
zaman yang semakin pesat.
Geleng
Ro’om merupakan tari baru yang dalam penyajiannya disajikan secara
kelompok (lebih dari dua penari) dengan pendekatan visualisasi gerak
tari khas Madura yang bersumber pada kehidupan kesehariannya, kerja
keras, dinamis, cantik dan unik. dimana perempuan sebagai penopang
kehidupan keluarganya. Sedangkan penyusunan musiknya lebih didekatkan
dengan suasana musik khas Budaya Madura yang sangat didominasi perkusi,
seperti musik dug-dug, kenong telok yang sering mengiringi acara kerapan
sapi dan terlebih lagi telah muncul musik kolaborasi Semut Ireng
Pamekasan yang mencoba mendekati banyak unsur perkusi asal Madura, agar
keserasian ragam gerak yang dieksplorasi dapat sejalan dengan hadirnya
musik khas tersebut.
a. Tata Busana
Tata
busana pada tari Geleng Ro’om lebih didekatkan dengan kebiasaan
perempuan Madura yang berdandan cantik ala tradisi. Artinya kebiasaan
mereka yang terbuka, dengan rias dengan cubitan atau garis-garis ala
cupang merah di dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri
bagi hadirnya seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.
Bentuk dan pola riasan seperti itu adalah sebagai wujud kegairahan hidup
dan bekerja keras seorang perempuan Madura, dimana perempuan sebagai
penopang kehidupan.
Desain dan tata busana tari geleng ro’om terdiri dari:
-
Kebaya : Terbuat dari bahan kain borklat bunga-bunga merah dengan
potongan kebaya ber kutu baru atau potongan kain segi empat bagian dada
sebagai penutup antara tepi kebaya bagian kanan dan kiri.
-
Entrok atau Kutang : Merupakan busana dalam kebaya yang senada dengan
warna kebaya. Kalaupun warna entrok dibikin kontras dengan kebaya itupun
tidak menjadi masalah karena kebiasaan kesukaan perempuan Madura adalah
warna mencolok dan kontras
-
Kain panjang ( Bawahan) : Berbentuk kain sarung dengan motif kain batik
bunga merah dengan potongan/ desain ¾ atau panjang di tengah-tengah
betis di bawah lutut dengan wiron bagian tengah, diharapkan agar gerak
yang bervolume besar pada bagian kaki terkesan leluasa dan tidak
terganggu.
- Kain Sarung : Sarung
di pakai pada bagian luar kain panjang, berwarna hitam dengan garis
pinggir merah pada tepi atas dan bawah.
- Celana : Motif garis-garis merah putih.
Karena
gerak tari Geleng Ro’om yang berpola volume besar pada gerak kaki, dan
pada angkatan-angkatan kaki yang berpola menunjukan gelang pada kaki,
sengaja memakai/mengenakan celana ¾ lebih panjang 2cm dari kain batik
yang dikenakan.
- Gelung angka 8
: Merupakan tata rambut yang tidak ada kesan tata rambut ber sasak atau
contok. Sisiran plontos menunurut garis kepala dan disisir kebelakang
dengan sanggul angka 8 dibelakang dengan hiasan sanggul dililit pita
merah.
- Rinjing/kranjang :
Merupakan asesoris, properties dan busana bagian atas kepala dengan
hiasan kain merah dan hitam pada tepi rinjing.
Giwang
Bunga merah dan putih pada sanggul
Bunga merah dan putih pada sanggul
Binggel pada dua kaki
Gelang kroncong pada tangan kanan dan kiri.
b. Tata Rias.
Tata
rias pada tari Geleng Ro’om merupakan gaya Kebiasaan mereka yang
terbuka, dengan rias dengan cubitan atau garis-garis ala cupang merah di
dahi dan leher yang khas memberikan pesona tersendiri bagi hadirnya
seorang remaja Madura ini berekspresi di atas panggung.
Rias
muka mengunakan rias cantik dan kaki mengenakan garis-garis merah yang
biasa disebut pacar dikenakan melingkar pada bagian tumit.
Warna
riasan pada mata mengunakan eye shadow warna hitam dan merah dengan eye
liner sebagai aksen tegas pada garis mata dengan memakai bulu mata
palsu sebagai pemanis dan sebagai alat bantu ekspresi mata yang sangat
dominan dan mempertegas mimik wajah pada tari Geleng Ro’om ini.
c. Gerak tari
Geleng
Ro’om disusun dengan pendekatan visualisasi gerak tari khas Madura yang
bersumber pada kehidupan kesehariannya, seperti giat kerja kerasnya,
kedinamisannya bertingkah dalam kehidupan seperti sebagai petani,
penjual sayur bahkan nelayan. Terlebih-lebih posisi perempuan dalam
upacara-upacara tradisi masyarakat Madura, dimana perempuan sebagai
penopang kehidupan keluarganya.
Dengan
mencari kemungkinan-kemungkinan pola gerak baru maka dalam proses garap
selalu menggunakan metode eksplorasi gerak serta improvisasi
dilakukan
untuk memperoleh gerak-gerak baru yang segar, spontan dan penataan ini
dimulai dari eksplorasi atau penjelajahan gerak, yakni pencarian secara
sadar kemungkinan-kemungkinan gerak baru dengan pengembangan dari ragam
gerak baku gaya madura serta mengolah elemen dasar gerak, waktu, ruang
dan tenaga. Penataan gerak memperhatikan unsur ruang dan waktu, etika
dan estetika yang didukung oleh irama.
d. Musik Iringan Tari
Penyusunan
musiknya lebih didekatkan dengan suasana musik khas Budaya Madura yang
sangat didominasi perkusi, seperti musik dug-dug, kenong telok yang
sering mengiringi acara kerapan sapi dan terlebih lagi telah muncul
musik kolaborasi Semut Ireng Pamekasan yang mencoba mendekati banyak
unsur perkusi asal Madura, agar keserasian ragam gerak yang dieksplorasi
dapat sejalan dengan hadirnya musik khas tersebut.
e. Durasi (lama penyajian)
Durasi pada tari Geleng Ro’om ini 5 menit (lima menit) namun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi lebih atau kurang.
Garap
tari yang sengaja digarap berdurasi 5 menit ini karena merupakan sebuah
tutntutan awal, yang mana bahwa pada proses penggarapan berawal dari
tuntutan kreteri festival pada Parade tari daerah tk Nasional.
Geleng ro’om sebagai wakil DaerahJawa Timur.
Prestasi
Prestasi Geleng Ro’om :
- Tari terbaik Jawa Timur 2006 pada Festival Koreografer Jatim 2006.
- Juara Umum pada Festival Parade tari Daerah tk Nasional 2006
Dengan penghargaan :
Penata tari Terbaik 2006
Penata Busana dan rias Terbaik 2006
Penyji Tari Terbaik 2006
5 Unggulan musik Terbaik 2006.
0 komentar:
Posting Komentar